– Final Summary –

Artikel ini menjelaskan tentang kesimpulan dari postingan-postingan saya sebelumnya yaitu HTML5 dan CSS3, Mengenal lebih dekat fitur HTML5, Image dan warna tidak mempengaruhi suatu website, Cognitive Theory, Theory of Visual Rhetoric, Visual Metaphors in Print Advertising for Fashion Products, SMART HOME (Sistem pintar di rumah), Multimedia Ubiquitous (Movie 3D), dan Apa itu Ubiquitous. Inti dari keseluruhan postingan saya adalah mengulas tentang teknologi baru yang masih jarang sekali orang ketahui. Berikut ini summary selengkapnya.

HTML5 dan CSS3

Contoh pertama misalnya, HTML5 dan CSS3. Teknologi yang masih dibilang baru ini memang sudah ada beberapa orang yang mengetahui dan menggunakannya untuk membangun sebuah website. Namun, tahukan anda apakah semua orang sudah menggunakannya? Jawabannya belum. Karena masih ada beberapa orang yang sudah tahu namun enggan untuk menggunakannya dan ada juga yang memang benar-benar belum mengetahuinya. HTML5 dan CSS3 dapat dikatakan merupakan masa depan pengembangan website, karena terdapat fitur-fitur yang sangat bagus dan tidak dimiliki oleh versi sebelumnya. Namun, daya dukung yang belum maksimal merupakan faktor utama keengganan beberapa orang untuk menggunakannya. Tetapi pada praktiknya, HTML5 dan CSS3 dapat digabungkan dengan HTML dan CSS versi sebelumnya karena sintax-nya masih tetap sama. Hanya saja pada HTML5 dan CSS3 memunculkan beberapa tag-tag baru yang dapat menekan penggunaan plugin eksternal dalam pembuatan website. Dengan menggunakan HTML5 dan CSS3, maka fungsi dari Adobe Flash dan Jquery sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menyaksikan konten apapun pada sebuah website. Secara otomatis jika suatu website tidak menggunakan Adobe Flash dan Jquery maka dalam proses load akan menjadi lebih ringan. Hasilnya pun menjadi lebih interaktif. Menarik bukan? Dibawah ini merupakan contoh screenshoot suatu website yang sudah menggunakan HTML5 dan CSS3. Jika anda ingin melihat detailnya, silahkan kunjungi www.2012.beercamp.com.

www.beercamp.com (HTML5 dan CSS3)

http://www.beercamp.com (HTML5 dan CSS3)

Jadi pada intinya, fitur-fitur baru yang dihadirkan HTML5 dan CSS3 sangat menarik untuk dicoba.

IMAGE DAN WARNA TIDAK MEMPENGARUHI SUATU WEBSITE

Pada artikel tentang HTML5 dan CSS3 telah dijelaskan bahwa terdapat fitur-fitur yang bisa digunakan untuk membuat gradasi warna, animasi, menampilkan video, dll. Tentu saja dengan adanya fitur tersebut dapat menjadikan tampilan sebuah website menjadi lebih menarik. Coba saja anda lihat suatu website yang hanya berisikan tulisan tanpa adanya gambar dan animasi, warnanya hanya ‘itu-itu’ saja. Pasti sangat membosankan bukan? Bandingkan ketika anda mengunjungi suatu website yang menarik dengan animasi, gambar dan sangat interaktif karena perpaduan warna yang lebih ‘hidup’ dan memanjakan mata. Tentu anda akan lebih senang mengunjungi website yang menarik seperti itu. Tapi apakah selalu faktor elemen gambar dan perpaduan warna akan menjadikan suatu website lebih diminati oleh semua orang? Jawabannya adalah tidak. Coba anda lihat facebook. Apakah pada situs facebook menampilkan banyak gambar-gambar dan permainan warna? Tidak. Pada situs facebook sama sekali tidak ada gambar serta animasi dan warna yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu biru untuk bagian header, selebihnya berwarna putih.

8

Lalu pertanyaannya sekarang adalah, mengapa situs yang dibuat oleh Mark Zuckerberg tersebut sangat populer dan sangat diminati oleh seluruh lapisan masyarakat di dunia? Ini terbukti dengan hasil survey pengguna facebook yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

6

Hal ini dikarenakan situs facebook menerapkan sistem user friendly yang dapat digunakan segala usia dan genre. Selain itu desainnya sederhana dan terkesan bersih sehingga akan lebih cepat juga ketika di-load oleh user. Karena semakin canggih zaman, user akan selalu menuntut kecepatan akses suatu situs. Facebook juga dapat dibuka di Mobile Device sehingga situs yang masih belum ramah pada perangkat mobile akan kalah bersaing.

UBIQUITOUS

Contoh kedua adalah Ubiquitous. Kata Ubiquitous sendiri mungkin masih jarang terdengar di telinga kebanyakan orang. Disini saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu Ubiquitous (baca : Yubikitas). Ubiquitous adalah teknologi baru yang sangat memudahkan user dan dapat melakukan segala sesuatu seperti yang user inginkan atau kehendaki. Anda tentu tau istilah “smart home” bukan? Itu merupakan salah satu contoh ubiquitous. Contoh lainnya adalah smart computing, smart AC, smart car, etc. Disini saya akan lebih mengulas kembali secara keseluruhan dan singkat tentang salah satu contoh ubiquitous, yaitu smart home atau rumah pintar.

Smarthome01

Konsep dari smart home sendiri adalah menampilkan suatu teknologi canggih yang diaplikasikan pada rumah sehingga dapat membantu penghuni rumah untuk melakukan pekerjaan rumah secara otomatis dimanapun mereka berada. Ciri khas dari smart home ini adalah bisa memberikan kenyamanan dan keamanan penghuninya.

Smarthome04

Dari sisi desain smart home sendiri sebenarnya tidak berbeda jauh dengan rumah tradisional. Hanya saja smart home mempunyai banyak nilai plus. Berikut ini tampilan desain di salah satu ruangan.

Mini-Cinema-In-Smart-Home-Technology

Bagaimana dari sisi pengguna? Desain yang bagus dan ditunjang dengan teknologi yang canggih, apakah menjadikan smart home ini sulit untuk digunakan? Tentu saja tidak. Smart home ini sangat user friendly. Karena biasanya, smart home dikendalikan oleh remote control. Intinya, cukup dengan menggunakan satu remote, anda dapat mengendalikan semua peralatan yang ada di rumah anda secara otomatis. Sangat dimanjakan bukan?

LivingroomGreenPeakInclAppl

Teknologi yang menjadikan smart home menjadi canggih berasal dari integrasi sempurna berbagai perangkat dalam suatu jaringan di dalam smart home itu sendiri. Jaringan yang dipakai bisa berbasis saluran telepon, kabel-kabel, saluran nirkabel dan lain sebagainya. Alat-alat rumah tangga yang ada pada smart home juga telah dikonsep terhubung dengan internet.

komponen-smart-home2

Selain smart home, juga terdapat multimedia ubiquitous, contohnya movie 3D.

14.movie-logos

Apa yang anda rasakan ketika menonton movie 3D dengan 2D? Ya, pasti ada sensasi yang berbeda ketika menonton film 3D. Apalagi dengan film yang ber-genre action. Faktor apa yang sebenarnya membuat seseorang lebih tertarik pada movie 3D daripada 2D? Tentu saja karena kualitas gambar yang lebih baik akan tercipta suasana yang berbeda dan merasakan efek visual yang lebih nyata dari film yang ditonton. Hal ini terbukti dengan harga tiket bioskop movie 3D yang lebih mahal daripada movie 2D hehee. Namun, tidak semua movie 3D menjadi daya tarik tersendiri di hati para penikmat film. Contohnya saja film Mission Impossible yang tetap sukses meskipun hanya dengan format 2D. Bahkan kabarnya produser film Mission Imposibble enggan untuk membuat film tersebut dalam versi movie 3D.

Perbedaan DESIGN dengan GRAFIK

Desain dapat diartikan sebagai suatu kerangka bentuk atau rancangan proses terhadap sesuatu. Bentuk dari desain biasanya berupa sketsa yang berasal dari pikiran dan ide kreatif diri sendiri. Contohnya, desain gaun pesta  wanita.

Contoh-Desain-Sketsa-Baju

Sedangkan grafik adalah suatu manipulasi model dan citra (gambar) secara digital. Tujuan dibuatnya grafik adalah membuat gambar objek sesuai dengan gambar objek tersebut di alam nyata (realism). Jadi tidak selalu sebuah grafik diidentikkan dengan kurva atau neraca. Berikut ini merupakan contoh grafik.

grafik

Jadi, sekarang anda dapat membedakan antara desain dengan grafik bukan?

Pemanfaatan Teknologi di bidang Kebudayaan

Pada artikel ini saya memberikan contoh tentang barcode. Apa itu barcode? Barcode adalah mesin representasi optik untuk membaca data tentang objek yang melekat. Dengan adanya barcode, pencatatan secara manual tentang info suatu barang sudah tidak diperlukan lagi. Karena tugas dari barcode adalah identifikasi otomatis dan menangkap data. Berikut ini merupakan contoh screenshoot dari barcode.

barcode

Barcode juga telah diterapkan pada bidang kesehatan untuk mengetahui info lengkap dari suatu pasien. Pada praktiknya, diperlukan sebuah barcode scanner untuk bisa menangkap data dari suatu barang.

Cognitive Theory, Theory of Visual Rhetoric dan Visual Metaphors in Print Advertising for Fashion Products.

Cognitive Theory adalah suatu bidang yang menarik, kompleks dan cepat berkembang dari suatu disiplin ilmu yang berbeda. Termasuk didalamnya neurobiologi, ilmu kognitif, psikologi, pendidikan, seni dan komunikasi. Lalu apa bedanya Cognitive Theory dengan kecerdasan? Cognitive Theory dengan kecerdasan memang saling berhubungan, tetapi tetap saja tidak sama. Cognitive Theory mengacu pada proses untuk mengetahui dan memahami sesuatu sedangkan kecerdasan adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami sesuatu. Sumber dari tulisan Cognitive Theory diambil dari Handbook of Visual Communication. Theory, Methods, And Media. Edited by Ken Smith (University of Wyoming), Sandra Moriarty (University of Colorado), Gretchen Barbatsis (Michigan State University) and Keith Kenney (University of South Carolina). Chapter 13, page 193.

Theory of Visual Rhetoric adalah iatilah yang digunakan untuk menggambarkan citra visual pada disiplin ilmu retorika. Theory of Visual Rhetoric biasanya berkaitan dengan suatu pembelajaran tentang penggunaan simbol-simbol untuk berkomunikasi. Untuk arti yang paling dasar adalah berkomunikasi dengan menggunakan istilah kuno.  Sumber dari tulisan Theory of Visual Rhetoric diambil dari Handbook of Visual Communication. Theory, Methods, And Media. Edited by Ken Smith (University of Wyoming), Sandra Moriarty (University of Colorado), Gretchen Barbatsis (Michigan State University) and Keith Kenney (University of South Carolina). Chapter 9, page 141.

Visual Metaphors in Print Advertising for Fashion Products adalah ilmu yang digunakan untuk mempengaruhi seseorang dalam melihat dan memahami suatu hal. Biasanya digunakan pada sebuah iklan produk yang ingin menonjolkan visualitas agar dapat mendominasi periklanan modern saat ini. Efek yang ingin ditimbulkan dengan menggunakan Visual Metaphors adalah agar para subjek iklan lebih tertarik pada iklan cetak yang telah dikemas dalam bentuk visual. Sumber dari tulisan Visual Metaphors in Print Advertising for Fashion Products diambil dari Handbook of Visual Communication. Theory, Methods, And Media. Edited by Ken Smith (University of Wyoming), Sandra Moriarty (University of Colorado), Gretchen Barbatsis (Michigan State University) and Keith Kenney (University of South Carolina). Chapter 11, page 167.

Studentsite Gunadarma

Leave a comment